Di Kerajaan
Wiratha, Prabu Matswapati sedang bimbang karena belum mendapatkan seseorang
sebagai jago Kerajaan Wiratha untuk melawan jago dari Kencarupa yaitu Rajamala.
R Seta yang ditunjuk untuk mencari orang sebagai jago Wiratha belum juga
muncul, padahal waktu yang ditentukan tinggal satu hari lagi. Jika sampai pada
waktu yang telah ditentukan dirinya belum mendapatkan jago untuk Wiratha, itu
artinya Prabu Matswapati sendiri yang akan maju ke blabar kawat sebagai jago Wiratha
melawan Rajamala jago dari Kencapura.
Ditengah suasana hati Prabu Matswapati yang sedang gundah itu datanglah
Raden Seta yang sudah membawa serta
seseorang yang bertubuh kekar tinggi besar yang tak lain adalah Jaka Bilawa
putra Ki Jagal Walakas dari desa Pejagalan. Sang Prabu Matswapati merasa
gembira karena Jaka Bilawa telah menyatakan kesanggupannya sebagai jago
Wiratha. Maka segeralah berangkat Jaka
Bilawa dengan diantar oleh Raden Seta menemui Patih Kincaka Rupa dan Rupakenca.
Di tempat
lain Patih Kincakarupa dan Rupakenca beserta Raden Rajamala sedang berunding
menyusun rencana merebut kekuasaan Wiratha dari tangan Prabu Matswapati dengan
cara adu jago manusia. Dengan cara ini Patih Kincakarupa yakin akan dapat
merebut kekuasaan Wiratha dengan mengandalkan kesaktian Rajamala. Kemudian
datanglah Raden Seta dan Bilawa. Maka dimulailah perang tanding jago Wiratha
dan jago Kencapura dan sebagai taruhannya adalah Negara Wiratha, siapa yang
jagonya kalah harus pergi dari wiratha.
Dalam
pertempuran itu Rajamala tewas terkena senjata Bilawa yaitu kuku pancanaka.
Tetapi tak lama kemudian Rajamala yang sudah tewas hidup kembali setelah
diceburkan ke dalam sendang Watari oleh Patih Kincakarupa.
Melihat
kejaadian itu Dwijakangko yang menyaksikan pertarungan dari jauh segera meminta
kepada Kedi Wrahatnala untuk membantu Bilawa dengan melepaskan senjata Kyai
Bramaskara ke dalam sendang Watari.Sehingga air sendang yang telah berubah
menjadi panas dan beracun tidak bias menghidupkan Rajamala lagi . Ketika
Rajamala tewas oleh Bilawa diceburkan lagi ke dalam sendang watari , jasadnya
justru hancur lebur. Melihat jagonya telah tewas Patih Kincakarupa dan
Rupakenca mengamuk mengejar Bilawa. Tapi
di tengah jalan bertemu dengan emban Salindri,wanita yang telah lama mampu
mencuri hatinya karena kecantikannya. Patih Kincakarupa memaksa akan
memperistri Salindri. Salindri yang tidak bias mengelak, beralasan agar Patih
Kincaka menemui suaminya yang berujud gandarwa penunggu regol kerajaan Wirata
pada malam hari.
Patih
Kincakarupa yang telah mabuk kepayang menyanggupi permintaan Salindri dengan
ditemani Rupakenca .Tepat pada tengah malam datanglah kedua ksatria itu
di deket regol batas kota Wiratha. Bilawa yang sudah dimintai tolong sebagai
gandarwa oleh Salindri pun telah bersiap menunggu . Dan kedua ksatria itupun
tewas seketika dihajar oleh gandarwa penjelmaan Bilawa.Gegerlah kerajaan
Wiratha atas tewasnya kedua ksatria tersebut, dan sampailah berita itu ke
telinga Prabu Matswapati.
Di negeri
Astina Prabu Duryudana menerima saran dari kakeknya yaitu Resi Bisma agar
segera menjemput para pandawa yang
sedang menjalani hukuman dari kurawa selama 13 tahun karena kalah dalam
pertarungan dadu.Dan Resi Bisma meminta Duryudana agar menyerahkan Negara
Amarta kepada para Pandawa. Datanglah Raja Trigarto Prabu Susarma mengajak
Prabu Duryudana agar menggempur Kerajaan Wiratha yang telah lemah karena semua
senopati Wiratha telah gugur. Prabu Susarma yang sebenarnya merasa sakit hati
kepada Prabu Matswapati karena lamarannya kepada Dewi Utari ditolak telah
berhasil mempengaruhi Prabu Duryudana dengan meyakinkan bahwa Pendawa yang
dicari – cari sekarang berada di negeri tersebut. Berangkatlah pasukan Astina
dan pasukan Trigarto menggempur Wiratha.
Di negeri
Wiratha Prabu Matswapati merasa bersedih atas kematian kedua senopatinya yaitu
Kincakarupa dan Rupakenca oleh Salindri. Dan sebagai hukuman Salindri harus
pergi dari Wiratha. Tiba – tiba Wiratha kedatangan mungsuh yang tak lain adalah
dari Astina dan Trigarto. Putra – Wiratha tidak ada yang mampu mengalahkan
musuh maka tampil lah Bilawa ke medan perang dan berhasil membunuh Prabu
Susarma. Raden Utara yang tampil bersama Wrahatnala berhasil mengalahkan
Kurawa.
Resi Bisma Pandita Durna dan Prabu Karna
yang telah mengetahui bahwa Pendawa ternyata masih hidup dan sekarang berada di
Wiratha itu merasa bahagia dan segera pulan kembali ke Astina.
Prabu
Matswapati merasa gembira putra – putranya mampu mengalahkan musuh.Dwijakangko
menceritakan kejadian yang sebenarnya bahwa yang dapat mengalahkan musuh adalah
Bilawa dan wrihatnala. Prabu Matswapati merasa tersinggung oleh ucapan
Dwijakangko. Di pukullah Dwijakangko dengan bungkul di jidatnya hingga
berdarah. Di saat itu datanglah Bilawa ,Wrahatnala,Salindri Pingten dan
Tangsen.Penyamaran pendawa selama satu tahun di negeri Wiratha itupun berakhir
.
TANCEP KAYON
Tidak ada komentar:
Posting Komentar