Sabtu, 03 Agustus 2013

WIRATHA PARWA

Di Kerajaan Wiratha, Prabu Matswapati sedang bimbang karena belum mendapatkan seseorang sebagai jago Kerajaan Wiratha untuk melawan jago dari Kencarupa yaitu Rajamala. R Seta yang ditunjuk untuk mencari orang sebagai jago Wiratha belum juga muncul, padahal waktu yang ditentukan tinggal satu hari lagi. Jika sampai pada waktu yang telah ditentukan dirinya belum mendapatkan jago untuk Wiratha, itu artinya Prabu Matswapati sendiri yang akan maju ke blabar kawat sebagai jago Wiratha melawan Rajamala jago dari Kencapura.  Ditengah suasana hati Prabu Matswapati yang sedang gundah itu datanglah Raden Seta yang sudah  membawa serta seseorang yang bertubuh kekar tinggi besar yang tak lain adalah Jaka Bilawa putra Ki Jagal Walakas dari desa Pejagalan. Sang Prabu Matswapati merasa gembira karena Jaka Bilawa telah menyatakan kesanggupannya sebagai jago Wiratha. Maka segeralah berangkat  Jaka Bilawa dengan diantar oleh Raden Seta menemui Patih Kincaka Rupa dan Rupakenca.

          Di tempat lain Patih Kincakarupa dan Rupakenca beserta Raden Rajamala sedang berunding menyusun rencana merebut kekuasaan Wiratha dari tangan Prabu Matswapati dengan cara adu jago manusia. Dengan cara ini Patih Kincakarupa yakin akan dapat merebut kekuasaan Wiratha dengan mengandalkan kesaktian Rajamala. Kemudian datanglah Raden Seta dan Bilawa. Maka dimulailah perang tanding jago Wiratha dan jago Kencapura dan sebagai taruhannya adalah Negara Wiratha, siapa yang jagonya kalah harus pergi dari wiratha.


          Dalam pertempuran itu Rajamala tewas terkena senjata Bilawa yaitu kuku pancanaka. Tetapi tak lama kemudian Rajamala yang sudah tewas hidup kembali setelah diceburkan ke dalam sendang Watari oleh Patih Kincakarupa.

          Melihat kejaadian itu Dwijakangko yang menyaksikan pertarungan dari jauh segera meminta kepada Kedi Wrahatnala untuk membantu Bilawa dengan melepaskan senjata Kyai Bramaskara ke dalam sendang Watari.Sehingga air sendang yang telah berubah menjadi panas dan beracun tidak bias menghidupkan Rajamala lagi . Ketika Rajamala tewas oleh Bilawa diceburkan lagi ke dalam sendang watari , jasadnya justru hancur lebur. Melihat jagonya telah tewas Patih Kincakarupa dan Rupakenca mengamuk mengejar  Bilawa. Tapi di tengah jalan bertemu dengan emban Salindri,wanita yang telah lama mampu mencuri hatinya karena kecantikannya. Patih Kincakarupa memaksa akan memperistri Salindri. Salindri yang tidak bias mengelak, beralasan agar Patih Kincaka menemui suaminya yang berujud gandarwa penunggu regol kerajaan Wirata pada malam hari.

          Patih Kincakarupa yang telah mabuk kepayang menyanggupi permintaan Salindri dengan ditemani Rupakenca  .Tepat  pada tengah malam datanglah kedua ksatria itu di deket regol batas kota Wiratha. Bilawa yang sudah dimintai tolong sebagai gandarwa oleh Salindri pun telah bersiap menunggu . Dan kedua ksatria itupun tewas seketika dihajar oleh gandarwa penjelmaan Bilawa.Gegerlah kerajaan Wiratha atas tewasnya kedua ksatria tersebut, dan sampailah berita itu ke telinga Prabu Matswapati.

         


            Di negeri Astina Prabu Duryudana menerima saran dari kakeknya yaitu Resi Bisma agar segera menjemput  para pandawa yang sedang menjalani hukuman dari kurawa selama 13 tahun karena kalah dalam pertarungan dadu.Dan Resi Bisma meminta Duryudana agar menyerahkan Negara Amarta kepada para Pandawa. Datanglah Raja Trigarto Prabu Susarma mengajak Prabu Duryudana agar menggempur Kerajaan Wiratha yang telah lemah karena semua senopati Wiratha telah gugur. Prabu Susarma yang sebenarnya merasa sakit hati kepada Prabu Matswapati karena lamarannya kepada Dewi Utari ditolak telah berhasil mempengaruhi Prabu Duryudana dengan meyakinkan bahwa Pendawa yang dicari – cari sekarang berada di negeri tersebut. Berangkatlah pasukan Astina dan pasukan Trigarto menggempur Wiratha.

          Di negeri Wiratha Prabu Matswapati merasa bersedih atas kematian kedua senopatinya yaitu Kincakarupa dan Rupakenca oleh Salindri. Dan sebagai hukuman Salindri harus pergi dari Wiratha. Tiba – tiba Wiratha kedatangan mungsuh yang tak lain adalah dari Astina dan Trigarto. Putra – Wiratha tidak ada yang mampu mengalahkan musuh maka tampil lah Bilawa ke medan perang dan berhasil membunuh Prabu Susarma. Raden Utara yang tampil bersama Wrahatnala berhasil mengalahkan Kurawa.

          Resi Bisma Pandita Durna dan Prabu Karna yang telah mengetahui bahwa Pendawa ternyata masih hidup dan sekarang berada di Wiratha itu merasa bahagia dan segera pulan kembali ke Astina.

         


             Prabu Matswapati merasa gembira putra – putranya mampu mengalahkan musuh.Dwijakangko menceritakan kejadian yang sebenarnya bahwa yang dapat mengalahkan musuh adalah Bilawa dan wrihatnala. Prabu Matswapati merasa tersinggung oleh ucapan Dwijakangko. Di pukullah Dwijakangko dengan bungkul di jidatnya hingga berdarah. Di saat itu datanglah Bilawa ,Wrahatnala,Salindri Pingten dan Tangsen.Penyamaran pendawa selama satu tahun di negeri Wiratha itupun berakhir .

TANCEP KAYON

Tidak ada komentar:

Posting Komentar